Bakti Pada Orangtua

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia yang telah dianugerakan-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang sangat sederhana ini. Tim penulis juga mengucapkan terimakasih tak terhingga kepada para orangtua penulis yang telah bersusah payah memenuhi kebutuhan sekolah, khususnya dalam penyelesaian makalah ini dan telah mendo’akan kami agar berhasil di kemudian hari.
Ucapan terimakasi juga penulis haturkan kepada Ibu guru yang telah membimbing penulisan makalah ini berupa waktu dan ilmu yang sangat bermanfaat, serta teman teman yang telah berpartisipasi dalam memberikan pemikiran, ide dan saran dalam penyelesaian makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan ilmu pengetahuan tim penulis dalam menyusun makalah yang sederhana ini. Untuk itu merupakan suatu kehormatan bagi kami akan saran dan kritikan yang diberikan, bila sifatnya untuk penyempurnaa makalah ini.


Padangsidimpuan, Maret 2011

Tim Penulis












BAB I
P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang Masalah

Ayah dan ibu adalah dua orang yang sangat berjasa kepada kita. Lewat keduanyalah kita terlahir di dunia ini. Keduanya menjadi sebab seorang anak bisa mencapai Surga. Do’a mereka ampuh dan kutukannya juga manjur. Namun betapa banyak sekarang ini kita jumpai anak-anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya.
Panti jompo menjamur di mana-mana, ini menunjukkan tidak mengertinya sang anak akan 'harga' kedua orang tua. Mereka titipkan kedua orang tuanya di sana dalam keadaan sengsara dan kesepian melewati masa-masa tuanya, sementara mereka bersenang-senang di rumah mewah. Kejadian seperti ini juga akibat kesalahan orang tua yang tidak memberikan pendidikan agama kepada anaknya.
Padahal tampa disadari susah senangnya kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh faktor bakti kita pada orangtua. Sebagai seorang anak, maka kewajiban kita adalah berbakti pada orangtua dan memperlakukan mereka dengan sebaik-baiknya. Menjaga hati dan perasaan orangtua adalah menjadi sesuatu yang harus diperjuangkan oleh seorang anak. Begitu besar perjuangan orangtua terhadap kehidupan anaknya. Mereka membesarkan kita dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Mereka mendidik kita agar kelak menjadi orang yang berguna bagi sesama, berguna buat bangsa dan negara terlebih agama.

Melihat fenomena sosial diatas penulis mencoba memaparkan dalam makalah ini secara singkat dan mudah dipahami tentang, “Berbakti kepada Kedua Orangtua Hidup akan Bahagia” Semoga dengan hadirnya makalah ini dapat membuka mata dan menyadarkan kita akan pentingnya berbakti kepada mereka.






B. Permasalahan

Merebaknya perilaku menyimpang di kalangan remaja, merupakan satu bukti kemerosotan akhlak masyarakat. Mereka sudah tidak lagi terikat dengan agamanya. Banyaknya kemaksiatan seperti penyalahgunaan obat-obat terlarang, pergaulan bebas, durhaka kepada kedua orang tua, adalah segelintir contoh dan bukti betapa generasi muslim semakin jauh dari sentuhan nilai-nilai islami.
Dekadensi moral di kalangan generasi muda menyebabkan kurang harmonisnya hubungan antara anak dan orangtua. Sehingga tidak jarang si anak melakukan perbuatan yang kurang baik, sikap dan tindakannya pun sering kali mengecewakan orangtuanya. Yang pada akhirnya akan membuat si anak merasa tidak diperhatikan dan disayangi orangtua, sebaliknya orangtua yang sibuk dengan pekerjaannya pun merasa tidak dihargai dan dihormati oleh anak anaknya.
Anak anak yang kurang perhatian dan bimbingan dalam keluarga cenderung menjadi nakal dan tidak bertanggung-jawab. Hal ini bisa membuat si anak terjerumus kepada pemakaian narkoba, dia tidak lagi memikirkan masa depannya. Setelah dia dewasa dia tidak begitu peduli dan sayang kepada orangtuanya, sebab dalam pandangannya orangtuanya yang memiliki peranan besar membuatnya tidak berhasil. Seandainya anak berhasil pun kasih sayang dan peduli sama orangtua akan sangat tipis, karena dalam pikirannya yang membuat berhasil adalah dirinya sendiri tampa ada upaya dari orangtuanya.
Maka untuk mengantisipasi hal itu tidak terjadi, orangtua harus menjadikan dirinya panutan dan teladan bagi anak anak dengan memposisikan diri sebagai orang yang pantas untuk dicontoh. Komunikasi dan interaksi yang harmonis dalam keluarga sangat berperan dalam membentuk kepribadian anak, maka orangtua harus memberikan nama yang baik kepada anak, pendidikan yang layak dan menempatkannya pada lingkungan yang mendukung untuk keberhasilan anak di masa depan.
Dengan demikian si anak pun akan menyadari betapa kedua orangtuanya sangat menyayangi dan mengharapkan dia untuk berhasil, sehingga bisa menjadi tumpuan keluarga berguna bagi masyarakat bangsa, negara dan agama. Akhirnya sikap dan perilaku mereka pun sesuai denga firman Allah SWT :

Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kalian jangan beribadah kecuali kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya ucapan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah : “Wahai Rabbku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Al Isra’ : 23-24)

C. Tujuan Penulisan Makalah
Berbakti dalam kamus besar Bahasa Indonsia adalah perbuatan yang menyebabkan kasih sayang dan hormat. Maka dalam penulisan makalah yang sangat sederhana ini secara umum bertujuan agar anak berbakti kepada kedua orangtuanya, namun secara terperinci penulis menguraikannya sebagai berikut :
1. Pentingnya pendidikan agama bagi si anak
2. Mendengar dan melaksanakan nasehat dan perintah orangtua
3. Menjauhi apa apa yang dilarang orangtua
4. Sayang kepada kedua orangtua
5. Bahagia dunia akhirat
Harapan penulis terakhir kepada kita semua, kiranya sebagai anak senantiasa berkata dan bersikap lembut kepada mereka, jangan sekali-kali menyakiti perasaan kedua orangtua yang telah bersusah payah mendidik dan membesarkan kita.
Selain harapan diatas penulis juga berharap dengan penyelesaian makalah ini penulis bisa memperoleh nilai yang lebih baik akan mata pelajaran Bahasa Indonesia.









BAB II
P E M B A H A S A N

A. Pentingnya Pendidikan Agama bagi si Anak
Rumah-tangga atau keluarga adalah tempat yang pertama dan utama bagi anak untuk memperoleh pembinaan mental dan pembentukan kepribadian, yang kemudian ditambah dan disempurnakan oleh sekolah. Demikian pula halnya pendidikan agama, harus dilakukan oleh orang membiasakannya pada tingkah-laku dan akhlak yang diajarkan oleh agama. Ada masa ini anak belum mengerti tentang akhlak-akhlak yang baik, seperti kejujuran dan keadilan (terlalu abstrak), Untuk merealisasikannya, orang yang relevan dengan hal tersebut, agar anak dapat meniru dengan baik. Untuk itu, orangtua harus memberikan perlakuan yang adil serta dibiasakan pula untuk berbuat adil sehingga rasa keadilan dapat tertanam dalam jiwanya, juga dengan nilai-nilai agama dan kaidah-kaidah egara lainnya yang menjadi dasar untuk pembinaan mental dan kepribadian anak itu sendiri.
Sejak kecil harusnya seorang anak tidak dibiarkan berkeliaran di luar kontrol orang tuanya. Orang tua terkadang sibuk mencari nafkah, dengan dalih demi kelangsungan hidup keluarga. Mereka lupa, hakekatnya pendidikan akhlak dan kasih sayang kepada anak adalah lebih penting dari sekedar menimbun uang.
Kita tak perlu heran terhadap mereka yang telah menyia-nyiakan perintah Allah SWT di dalam hak anak dan keluarga mereka. Seandainya api dunia mengenai anaknya atau nyaris menyentuhnya, pasti ia akan berjuang sekuat tenaga untuk menghindarkan anaknya dari api tersebut, dan buru-buru pergi kedokter untuk segera mengobati luka-lukanya. Adapun api akhirat, maka ia tidak mau mencoba untuk membebaskan anak-anak dan keluarganya darinya. Padahal Allah SWT telah berfirman, artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada meraka dan selalu mengerajakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim:6).
Oleh sebab itu, kedua orang tua harus bangkit melaksanakan kewajibannya terhadap anak, berupa perhatian, pengawasan, dan pendidikan yang baik, agar kelak menjadi generasi yang dapat memberi manfaat bagi orang tua dan kaum Muslimin yang lain.
Orang tua, terutama ibu, memiliki peranan terbesar dalam pendidikan anak-anaknya. Akan tetapi seringkali mereka tidak mengetahui dari mana mereka harus mulai menanamkan akidah Islam pada buah hatinya, bagaimana mengajarkannya dan bagaimana menancapkannya pada hati mereka.
Rasulullah SAW adalah teladan terbaik bagi kita dalam segala hal, termasuk dalam pergaulan beliau dengan anak-anak. Dalam masalah ini, kita bisa memetik lima pokok dalam pendidikan beliau terhadap akidah anak-anak:
1. Membiasakan anak mengucapkan dan mendengarkan kalimat tauhid dan memahamkan maknanya jika ia telah besar
Wajib atas orang tua untuk menumbuhkan tauhid terhadap Allah SWT pada anak-anaknya sedari dini. Oleh karena itu, ajarkan dan pahamkan anak bahwa Rabb mereka adalah Allah SWT, Dialah yang menciptakan, yang memberi rejeki, yang menghidupkan dan makna-makna rububiyyah Allah SWT lainnya. Setelah mengenal keagungan Allah SWT dalam rububbiyah-Nya, iringilah dengan mengajarkan bahwa Allah-lah yang berhak untuk disembah, diibadahi, disyukuri, diharapkan dan hanya kepada-Nya pula ditujukan segala jenis ibadah. Tak kalah pentingnya memperingatkan mereka dari syirik dan menjelaskan bahayanya kepada mereka.


2. Menanamkan kecintaan anak Terhadap Allah SWT
Dalamnya kecintaan kepada Allah SWT dan tertanamnya keimanan terhadap takdir-Nya membawa seorang anak untuk bisa menghadapi hidupnya dengan optimis dan tawakkal. Benih cinta kepada Allah yang tertanam akan menumbuhkan keberanian, karena dia akan menyadari bahwa tidak ada yang pantas ditakuti kecuali kemurkaan-Nya.
3. Menanamkan kecintaan anak pada Nabi Muhammad SAW
Dari Umar bin Khattab, Rasulullah SAW bersabda,
“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga aku lebih dia cintai daripada ayahnya, anaknya dan seluruh manusia.” (H.R. Bukhari).
Betapa pentingnya kecintaan terhadap Nabi Muhammad SAW sampai-sampai tidak akan sempurna iman seseorang tanpanya.
Membaca sirah (sejarah) Rasululullah SAW dan mengenalkan mereka akan sifat-sifat beliau yang mulia merupakan upaya terbaik untuk menambahkan kecintaan mereka kepada beliau.
4. Mengajarkan pada anak Al Qur’an Al Karim
Sepantasnya bagi orang tua untuk memulai pelajaran bagi putra-putrinya dengan Al Qur’an sejak dini. Yang demikian itu untuk menanamkan pada mereka bahwa Allah SWT adalah Rabb mereka dan Al Qur’an adalah firman-Nya. Menancapkan ruh Al Qur’an pada hati-hati mereka dan cahaya Al Qur’an pada pikiran-pikiran mereka, sehingga mereka tumbuh di atas kecintaan kepada Al Qur’an. Hati mereka menjadi terikat padanya sehingga mereka siap untuk mengikuti perintahnya dan berhentidari larangan-larangan yang ada padanya, berakhlak dengan akhlak Al Qur’an dan berjalan di atas manhajnya.
5. Mendidik anak untuk berakhlak yang baik
Islam sebagai agama yang sempurna dan relevan di setiap tempat dan zaman sangat menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak. Nabi diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sebagaimana sabdanya,
“Aku diutus oleh Allah tidak lain untuk menyempurnakan akhlak yang sholeh” (H.R. Ahmad, dishahihkan oleh Al Albani).
Hadits di atas menunjukkan betapa akhlak yang baik memiliki keutamaan dan ketinggian derajat. Sudah sepantasnya apabila kita berusaha untuk memilikinya. Tetapi perlu diingat bahwa ukuran baik buruknya akhlak seseorang tidaklah didasari oleh selera individu masing-masing, atau menurut adat istiadat yang berlaku di masyarakat. Semuanya harus berpedoman menurut norma Islam.
6. Memilih sekolah/lembaga pendidikan yang baik bagi anak
Adanya generasi yang buruk, bukan karena kesalahan mereka semata, namun ada faktor lain yang turut menentukan hal tersebut. Selain keluarga sebagai sekolah pertama bagi anak-anak, pendidikan formal pun memiliki peranan penting dalam pembentukan kepribadian seorang anak. Akan tetapi, pendidikan formal saat ini, pada umumnya tidak mampu mendidik anak didiknya dengan baik.
B. Mendengar dan melaksanakan nasehat dan perintah orangtua
Dalam Islam, berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan suatu perbuatan yang mulia, karena lahir dari tali hubungan yang sangat erat dan dari nilai-nilai kemanusiaan yang yang sangat tinggi., yaitu ikatan antara anak, ibu dan bapak. Akan tetapi betapapun tinggi dan agungnya kedudukan ini, ia tetap berada dibawah hubungan Aqidah.
Oleh karena itu, apabila kedua orang tua atau salah satu diantaranya menyuruh untuk berbuat syirik atau untuk melakukan kemaksiatan, maka tidak ada keta'atan bagi kita untuk menjalankan perintah tersebut, karena tidak ada keta'atanbagi seseorang untuk melakukan kemaksiatan kepada Tuhannya, dan karena hubungan aqidah enduduki tempat tertinggi diatas semua hubungan.
Namun demikian, sang anak dituntut untuk tetap berbakti dan berbuat baik kepada keduanya. Akhlaq ini akan menjadi perlindungan bagi setiap orang, baik bagi laki-laki maupun perempuan, dari kedengkian hati,kekeringan perasaan, kedurhakaan dan kekafiran. Dan akhlaq ini pulalah yang membukakan pintu-pintu surga.

Bila sewaktu-waktu orang tua memberikan nasehat, maka hendaklah seorang anak tunduk dan mendengarkan serta melaksanakan nasehatnya itu, selama nasehat itu tidak merampas hak dan kewajiban orang lain. Tetapi apabila orang tua memberikan nasehat yang baik, maka jangan sekali-kali anak membantah sepatah katapun. Akan tetapi apabila nasehatnya atau permintaan orang tua itu tidak baik, maka hendaklah ditolak tetapi dengan cara yg baik, agar orang tua tidak merasa kecewa dan tersinggung perasaannya.

Apabila disuruh apa saja oleh orang tua, asalkan tidak melakukan kemaksiatan, dan tidak merampas hak milik orang lain, maka anak hendaklah patuh dan taat serta melaksanakan perintah tersebut dengan hati ikhlas. Dan apabila anak merasa keberatan dengan perintah tersebut hendaklah ditolak dengan cara yang baik. Misalnya: Orang tua menyuruh putrinya menikah dengan laki-laki yang tidak di sukainya, mungkin karena jelek atau karena perilaku laki-laki itu tidak baik dan tidak taat pada agama, akan tetapi orang tua akan menjodohkannya dengan paksa karena kekayaannya, atau jabatannya, maka anak boleh menolaknya dengan cara yg baik, agar tidak menyakiti hati orang tuanya.
C. Menjauhi Larangan Orangtua
Semua orangtua di dunia ini menginginkan yang terbaik untuk anak anaknya, sehingga kalau ada hal atau tindakan anak anak yang bisa mencelakakan dirinya orangtua pun langsung menegur anaknya. Bahkan kalau sikap dan kelakuan anak sudah sangat menyalahi norma norma yang ada seperti norma agama, norma kesusilaan dan kesopanan, maka si anak akan mendapatkan teguran (nasehat) atau pukulan yang tidak mencelakai si anak.
Oleh karena itu sebagai seorang anak kita harus berusaha untuk tidak melakukan hal hal yang dilarang dan dibenci ole orangtua kita sebagai perwujudan bakti kita kepada mereka. Bila ada hal yang menurut kita pantas diperbuat sampaikanlah kepada mereka dengan lembut dan santun, orangtua tidak asal melarang anaknya untuk berbuat sesuatu tetapi dia memikirkan dan mempertimbangkannya lebih dahulu, apakah hal itu baik bagi anaknya atau tidak.


D. Sayang Kepada Orangtua
Pepatah mengatakan “kasih ibu sepanjang jalan dan kasih anak sepanjang galah”, bila kita lihat dalam kehidupan manusia saat ini pepatah itu banyak benarnya ketimbang salahnya. Jika seorang anak berbakti kepada kedua orangtuanya, tentu keduanya akan senang, dan pertanda ridhanya kepadanya. Kemudian mendoakannya, sedangkan doa orangtua itu pasti terjawab. Ada tiga orang yang doanya mustajab dan hal tersebut tidak perlu diragukan lagi. Tiga orang tersebut adalah doa orang yang teraniaya. Doa orang yang sedang bepergian dan doa orangtua untuk kebaikan anaknya.
Kemudian ada tiga persyaratan yang harus dipenuhi, agar seorang anak bisa disebut sebagai anak yang berbakti dan sayang kepada kedua orang tuanya:
Satu, lebih mengutamakan ridha dan kesenangan kedua orang tua daripada ridha diri sendiri, isteri, anak, dan seluruh manusia.
Dua, menaati orang tua dalam semua apa yang mereka perintahkan dan mereka larang baik sesuai dengan keinginan anak ataupun tidak sesuai dengan keinginan anak. Selama keduanya tidak memerintahkan untuk kemaksiatan kepada Allah.
Tiga, memberikan untuk kedua orang tua kita segala sesuatu yang kita ketahui bahwa hal tersebut disukai oleh keduanya sebelum keduanya meminta hal itu. Hal ini kita lakukan dengan penuh kerelaan dan kegembiraan dan selalu diiringi dengan kesadaran bahwa kita belum berbuat apa-apa meskipun seorang anak itu memberikan hidup dan hartanya untuk kedua orang tuanya.
E. Bahagia Dunia Akhirat
Bergaul dengan keduanya dengan cara yang baik, bukankah dalam nasihat perkawinan dikatakan agar suami senantiasa berbuat baik kepada istri, maka kepada kedua orang tua harus lebih dari kepada istri. Karena dia yang melahirkan, mengasuh, mendidik dan banyak jasa lainnya kepada kita.
Apabila kedua orangtua telah meninggal maka untuk bisa sukses dan bahagia di dunia dan akhirat kita harus melakukan hal hal berikut ini, antaralain :
1. Meminta ampun kepada Allah Ta’ala dengan taubat yang nasuh (benar) bila kita pernah berbuat durhaka kepada kedua orang tua sewaktu mereka masih hidup.
2. Mendo’akan kedua orang tua kita.
3. Menshalatkan ketika orang tua meninggal
4. Selalu memintakan ampun untuk keduanya.
5. Membayarkan hutang-hutangnya
6. Melaksanakan wasiat yang sesuai dengan syari’at.
7. Menyambung tali silaturrahmi kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya
Mereka telah berjuang keras demi cita-cita dan keinginannya, demi kesuksesan dan keberhasilannya, demi kebahagiaan dan ketenangan hidupnya, akan tetapi mereka belum juga mendapatkan apa yang mereka impikan dan harapkan. Sesungguhnya mereka telah lalai dan lupa terhadap orangtua mereka sendiri. Tidaklah cukup mereka berdo’a kepada Sang Khalik bila mereka tidak memohon keridhaan dan do’a kepada orangtuanya.
Tidaklah cukup bagi mereka taat beribadah bila mereka masih mendurhakai orangtua. Tidaklah cukup bagi mereka bekerja dan berjuang keras apabila mereka tidak memperlakukan orangtua dengan sebaik-baiknya. Dan pada akhirnya Allah pun berkehendak lain terhadap apa yang mereka inginkan.
Pertama, seorang anak hendaknya mengasihi dan menyayangi orangtuanya dengan keikhlasan, maka Allah pun akan menyayangi dan mengasihi diri kita. Jika kita tetap memelihara diri kita untuk selalu berbakti dan berbuat baik pada orangtua, niscaya kita akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Sang Khalik. Semua urusan kita akan dimudahkan-Nya, semua kesulitan kita akan diringankan-Nya, dan bila Dia berkehendak tidak ada satu pun yang bisa menghalangi-Nya. Tetapi jika mereka masih durhaka pada orangtua, niscaya mereka akan selalu ditimpa kesulitan sehingga semua cita-cita dan keinginannya akan tertunda.
Kedua, hendaknya seorang anak yang mengalami kesulitan dalam menggapai cita-cita dan harapannya, segeralah bertaubat kepada Allah dan mohon ridha serta ampunan dari orangtuanya. Sungguh celaka seorang anak yang masih suka menyakiti orangtua, masih suka membentak dan meremehkan orangtua bahkan menganggap tidak berguna orangtuanya. Maka disadari atau pun tidak disadari, sesungguhnya durhakanya mereka pada orangtua akan menghambat segala cita-cita dan keinginannya.
Ketiga, Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, tidak mungkin keputusan-Nya merugikan mahluk-Nya, tidak mungkin Tuhan membiarkan hamba-hambaNya menderita dan sengsara. Semuanya adalah yang terbaik di sisi Allah. Mereka yang merasa cita-cita dan keinginannya belum juga terwujud, hendaknya mereka introspeksi diri, sudah sejauh manakah mereka berbakti pada orangtuanya? Sudah sejauh manakah mereka memperlakukan orangtuanya dengan baik?
Keempat, kita harus senantiasa berbaik sangka terhadap apapun keputusan Tuhan terhadap diri kita. Bisa jadi tertundanya segala cita-cita dan keinginan kita adalah sebagai ujian terhadap diri kita, bahkan sebagai peringatan bagi kita untuk senantiasa introspeksi diri. Bagi mereka yang kurang peka terhadap pentingnya peranan orangtua dalam menuju kesuksesan kita, mereka akan selalu mengalami kesulitan dan kesusahan selama belum memperhatikan orangtuanya.
Kelima, kita meyakini bahwa segala do’a kita pada hakikatnya akan Tuhan kabulkan. Terkabulnya do’a pun memerlukan syarat-syarat yang perlu diperhatikan. Salah satu syarat utama adalah tidak melakukan dosa terhadap orangtua. Ketika sebagian orang berdoa dan memohon kepada Sang Khalik, dengan segala kerendahan hatinya, dengan segala kekhusu’annya, dengan tangisan dan linangan air matanya, namun apa yang mereka inginkan masih belum juga terkabul. Kita mengetahui bahwasannya Allah tidak akan pernah ingkar janji. Mereka berdoa dan seharusnyalah terkabul. Lalu apakah yang menghalangi semuanya?
Ketika seseorang berdoa untuk kesuksesan dan keberhasilannya, Tuhan mendengarnya, dan Tuhan pun berkehendak untuk memberikan karunia-Nya pada mereka. Namun dosa-dosa mereka terhadap orangtua, kedurhakaan mereka terhadap orangtua, menjadikannya sebagai hijab atau penghalang diturunkannya nikmat dan karunia tersebut. Mana mungkin ketika orangtua merasa sedih dan terluka akibat ulah diri kita, Tuhan akan menyayangi diri kita dan mengabulkan doa kita, kalaupun terkabul semuanya semata-mata karena kehendak-Nya dan kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi ke depannya.
Maka jika seseorang yang merasa tertunda bahkan sulit menggapai cita-cita dan harapannya. Cobalah untuk menghilangkan hijab atau penghalang itu dengan memohon ampunan dan keridhoan orangtua. Ketika orangtua merasa ridha, ketika orangtua mengampuni dengan tulus dosa-dosa seorang anaknya, ketika orangtua tidak merasa sakit hati dan terluka karena diri kita. Yakinlah bahwa ketika tidak ada lagi penghalang (dosa-dosa) antara anak dan kedua orangtuanya, apa yang mereka cita-citakan dan impikan akan segera terwujud.
Beberapa uraian diatas hanyalah gambaran betapa pentingnya faktor orangtua sebagai kunci keberhasilan dan kesuksesan seseorang. Semoga kita termasuk anak yang berbakti pada orangtua, semoga kita bisa memperlakukan mereka dengan sebaik-baiknya, semoga kita semua menjadi hamba-hamba pilihan-Nya dan semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung, bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Amin.










BAB III
P E N U T U P
A. Kesimpualan
Dari uraian makalah yang disusun tim penulis kami menyimpulkan bahwa berbakti kepada orangtua adalah perbuatan yang sangat mulia. Menghormati, menyanyangi, mendengarkan serta melaksanakan nasehat dan perintahnya yang tidak bertentangan dengan ajaran agama wajib kita laksanakan sebagai bukti cinta dan sayang akan kedua oragtua.
Mari kita syukuri nikmat Allah SWT ini dengan senantiasa mendo’akan kedua orangtua agar selalu dalam rahmat dan berkah-Nya, karena mereka telah berjuang untuk menghidupi dan menyekolahkan kita. Semoga jasa dan pengorbanan yang mereka berikan tidak kita sia-siakan demi masa depan yang lebih baik.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini disebabkan karena keterbatasan ilmu yang melekat dalam diri penulis. Oleh karena itu saran dan kritikan akan makalah dari pembaca sangat membantu dalam penyempurnaan makalah ini.
Semoga kita senantiasa menjadi anak yang berbakti kepada kedua orangtua, dengan senantiasa berusaha sekuat tenaga membahagiakan mereka. Dengan membahagiakan mereka tampa kita sadari kita telah membuka pintu pintu kemudahan dan kesuksesan bagi diri kita sendiri.




Daftar Pustaka

1. Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya
2. Aris Munadar, Kumpulan Tulisan Ustadz Aris Munadar. Artikel www.muslimah.or.id
3. Yazid Abdul Qadir Jawas ,Berbakti Kepada Kedua Orang Tua, Bahasa: Indonesia, Terbitan : Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah Jan 12,2009
4. Sutopo Maryati, Bahasa dan sastra Indonesia 3, Jakarta : Kompas Gramedia PT Gramedia 2008
5. Nurcholis Hanif, MA dkk, Agama Islam, Jakarta : Erlangga 2007
6. Moeliono M Anto dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka 1989
7. Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rajawali 1990
8. Afif Rakhman, Pentingnya Pendidikan Anak, Sumber Internet http://afifrakhman.blog.ugm.ac.id/2010/06/15/pentingnya-pendidikan-anak/

Komentar