Abu Bakar ra telah menginfakkan hartanya untuk menyelamatkan orang-orang yang tertindas di Makkah, ia melindungi orang-orang asing yang telah menyatakan janji setia (baiat) kepada kepemimpinan Rasulullah SAW teguh dalam janji, totalitas (all out) dalam beramal dan memurnikan niat hanya kepada Allah SWT. Kemudian turunlah beberapa ayat al-Quran yang member khabar gembira kepada Abu Bakar ra atas amal mulia yang telah dilakukan dan dipersembahkan untuk Allah SWT semata.
“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya Yang Maha Tinggi. Dia kelak benar-benar mendapat kepuasan.” (QS. Al Lail (92) : 17-21).
Sungguh sikap Abu Bakar ra tidak dapat ditakar ketika ia ditanya, Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu ? Ia menjawab, Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya (Nurul Yaqin- Perang Tabuk hal. 245).
Sikap yang diteladankan oleh Abu Bakar dalam masa paceklik, jaisyul ‘usrah (Perang Tabuk) tersebut menggambarkan kepribadian beliau, dalam tiga indikator.
Pertama, mempersembahkan harta secara total (all out) hanya kepada Allah SWT.
Kedua, tawakkal secara mutlak kepada Allah SWT.Hal ini tercermin dalam ucapannya, Saya tinggalkan untuk mereka Allah SWT dan Rasul-Nya.
Ketiga, penjelasan bahwa pada hakikatnya harta itu milik Allah, dan Abu Bakar hanyalah diserahi/dititipi untuk mengelola dengan sebaik mungkin. Jika sedikit saja dikeluarkan untuk kebatilan berarti mubadzir. Jika dibelanjakan untuk menegakkan kebenaran sampai minus (habis), bukan dikategorikan mubadzir. Ia pantang mengelola harta bertentangan dengan Sang Pemilik-Nya.
“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya Yang Maha Tinggi. Dia kelak benar-benar mendapat kepuasan.” (QS. Al Lail (92) : 17-21).
Sungguh sikap Abu Bakar ra tidak dapat ditakar ketika ia ditanya, Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu ? Ia menjawab, Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya (Nurul Yaqin- Perang Tabuk hal. 245).
Sikap yang diteladankan oleh Abu Bakar dalam masa paceklik, jaisyul ‘usrah (Perang Tabuk) tersebut menggambarkan kepribadian beliau, dalam tiga indikator.
Pertama, mempersembahkan harta secara total (all out) hanya kepada Allah SWT.
Kedua, tawakkal secara mutlak kepada Allah SWT.Hal ini tercermin dalam ucapannya, Saya tinggalkan untuk mereka Allah SWT dan Rasul-Nya.
Ketiga, penjelasan bahwa pada hakikatnya harta itu milik Allah, dan Abu Bakar hanyalah diserahi/dititipi untuk mengelola dengan sebaik mungkin. Jika sedikit saja dikeluarkan untuk kebatilan berarti mubadzir. Jika dibelanjakan untuk menegakkan kebenaran sampai minus (habis), bukan dikategorikan mubadzir. Ia pantang mengelola harta bertentangan dengan Sang Pemilik-Nya.
Komentar
Posting Komentar