Wajah Buram (sebagian) Pelajar Kita




Pendidikan bertujuan untuk mengubah perilaku. Dari tidak tahu menjadi tahu. Dari buruk menjadi baik. Dari tidak beretika menjadi beretika. Pada intinya, pendidikan ingin membentuk manusia seutuhnya: lahir dan batin serta pikiran dan fisik. Agar tujuan itu tercapai, disiapkanlah piranti yang disebut kurikulum. Maka, kurikulum yang baik perlu disusun dengan memperhatikan kemudahan pengaplikasiannya di lapangan.

Akhir-akhir ini, media cetak di daerahku selalu memberitakan informasi yang berkenaan dengan perilaku pelajar. Berita yang paling menarik perhatianku adalah kenakalan para pelajar. Kemarin, sebuah media local memberitakan pelajar yang bermabukan. Beberapa hari lalu, media lain memberitakan anak SD menghamili temannya sesame anak SD. Lalu, ada anak SD dihamili oleh kakeknya. Entah, begitu buramkan wajah pelajar kita?

Berdasarkan kondisi itu, aku pun merenung. Bagaimanakah menyikapi kondisi itu agar menjadi lebih baik? Agar diperoleh pemahaman yang komprehensif, akan menjadi lebih baik jika dicari akar masalah dan solusinya. Maka, keburaman dunia pelajar itu, menurutku, disebabkan oleh tiga hal, yaitu minimnya perhatian orang tua, ketidakdisiplinan sekolah, dan pengaruh pergaulan.

Masalah 1: Minimnya Perhatian Orang Tua

Banyak orang tua beranggapan bahwa tugasnya hanya menyekolahkan anaknya. Lalu, mereka - para orang tua itu - lepas tangan jika anaknya sudah bersekolah. Mereka tidak lagi memperhatikan kondisi dan perkembangan anaknya. Pada intinya, masa depan anaknya diserahkan kepada sekolah! Inilah factor terbesar dan terbanyak yang menjadikan pelajar menjadi semakin buram.

Orang tua tidak menyadari bahwa anaknya hanya bersekolah sebanyak rerata 6 jam/ harinya. Sementara itu, sehari ada 24 jam. Maka, 24 jam dikurangi 6 jam akan didapatkan sisa waktu 18 jam. Artinya, anak lebih banyak bersama dengan orang tua daripada bersama dengan gurunya. Jadi, pelajar itu menjadi semakin tak terkendali ketika mereka sudah berada di luar sekolah. Dan orang tua perlu menyadari hal ini dengan sesadar-sadarnya!

Masalah 2: Ketidaksiplinan Sekolah

Sebenarnya, setiap sekolah sudah mempunyai tata tertib. Peraturan itu mengikat dan mengatur setiap komponen sekolah. Namun, penerapan tata tertib itu sering berjalan terlalu lentur. Sekolah sering berlaku kurang tegas. Banyak hal yang menyebabkan kelenturan ini. Pertama, sekolah takut kepada atasannya jika mendapati perilaku siswanya. Kedua, sekolah takut tidak mendapat murid karena berita buruk tentang pelajarnya. Ketiga, sekolah takut dianggap melanggar undang-undang atau HAM atas sikap tegas kepada pelajar.

Akibat buruk dari sikap tersebut, sekolah mengendalikan perilaku komponen sekolah. Sekolah membiarkan para pelajarnya untuk bertindak sesukanya. Maka, jadilah sekolah yang sebebas-bebasnya. Pelajar bebas mengenakan jenis pakaian. Pelajar bebas membawa HP. Pelajar bebas merokok. Pelajar bebas keluyuran pada saat jam pelajaran. Dan semua itu dibiarkan sekolah. Sebuah kondisi yang memperburuk mental pelajar!

Masalah 3: Pengaruh Pergaulan

Sudah tidak menjadi rahasia, perilaku pelajar sekarang sungguh teramat memilukan hati dan perasaan. Mereka begitu mesra bergandengan, berpelukan, berciuman, berboncengan, dan bahkan bermesraan di depan umum. Lihatlah perilaku mereka di tempat-tempat keramaian, seperti mall, arena game, pertunjukan music, atau tempat-tempat wisata. Sungguh teramat memalukan sekaligus memilukan hati.

Internet ternyata disalahgunakan untuk dipraktikkan. Jika isinya baik, tentu itu akan membawa kebaikan. Namun, itu akan membawa keburukan jika berisi tentang keburukan. Dan rerata, isi internet yang digunakan pelajar itu berisi tentang ketidakbaikan, semisal porno dan perilaku menyimpang lainnya. Apakah internet akan disalahkan? Tentu saja tidak. Jika ada kambing makan tanaman, bukan pagarnya dipindah, melainkan kambingnya diikat dan diberi pengertian. Begitulah sikap bijak bagi guru yang bijak.

Kita perlu memperkuat keimanan kepada para pelajar itu. Kita perlu memberikan pengertian-pengertian tentang akibat buruk dari pergaulan bebas. Dan kita perlu memberikan penerangan kepada mereka bahwa perilaku itu teramat menyia-nyiakan masa depannya.

Maka, marilah kita bahu-membahu untuk mengubah keadaan buram itu agar menjadi kertas putih. Jika ada setitik noda, hendaknya noda itu segera dibersihkan agar tidak menjadi semakin meluas, berkembang, dan akhirnya mengerak.

Demikian tulisanku pagi ini. Semoga bermanfaat. Amin. Terima kasih.
By : JOHAN WAHYUDI

Komentar