BERLAKU JUJUR dianggap sebagai TINDAKAN KEJAHATAN

Saat ini banyak sekali manusia-manusia yang sudah tidak berpegang lagi pada pentingnya arti sebuah kejujuran, manusia sekarang hanya berpatokan pada perut dan kenyataan yang harus dihadapi. Kejujuran bukan lagi sebuah hal yang harus dijunjung tinggi dalam sikap, tindakan dan omongan sehari-hari. Bahkan beberapa orang ada yang beranggapan bahwa berbohong untuk kebaikan itu dibolehkan, entah dibolehkan oleh siapa. Sementara sebagian yang lain beranggapan bahwa bohong itu ada bohong putih dan ada bohong hitam, bohong putih adalah kebohongan yang sengaja dibuat untuk melindungi pribadi atau seorang yang lain, atau untuk menutupi rahasia. (Lihat saja Ibu SIAMI dan anaknya ALIF yang sempat diusir masyarakat karena kejujuran mereka, detiknews.com)

Padahal telinga kita merasa tak asing mendengar kata-kata bijak, ''Katakanlah suatu kebenaran walaupun menyakitkan.'' Terkadang seseorang berbohong karena suatu kepentingan. Namun, disadari atau tidak, pada saat ia melakukan suatu kebohongan, maka kecemasan akan datang menghantuinya. Cemas apabila kebohongannya terbongkar. Cemas apabila orang akan mencelanya sebagai seorang pembohong dan beragam kecemasan lainnya.
Rasululah SAW bersabda, ''Sesungguhnya kejujuran menuntun kepada kebaikan. Kebaikan menuntun kepada jalan menuju surga. Apabila seseorang berlaku jujur dan konsisten dengannya, maka Allah akan mencatatnya sebagai orang yang jujur. Sesungguhnya kebohongan menuntun kepada keburukan dan keburukan menuntun kepada jalan menuju api neraka. Apabila seseorang berbohong, maka Allah akan mencatatnya sebagai pembohong.'' (HR Bukhari).


Sesuatu yang besar dimulai dari sesuatu yang kecil. Seseorang yang awalnya terpaksa berbohong, namun bila ia melakukannya terus-menerus, maka hal itu akan melekat pada dirinya dan menjadi tabiat hidupnya. Inilah yang harus diwaspadai. Sesungguhnya kebohongan hanya membawa pelakunya kepada banyak permasalahan.
Dengan demikian kita juga harus menyadari bahwa kejujuran adalah dasar dari kehidupan keluarga, masyarakat, dan bangsa. Kejujuran menjadi persyaratan utama pertumbuhan dan perkembangan masyarakat yang berlandaskan prinsip saling percaya, kasih sayang, dan tolong-menolong. Kejujuran adalah inti dari akhlak yang merupakan salah satu tujuan dari diutusnya Rasulullah oleh Allah SWT (Innama buitstu li'utammima makaarimal akhlaq).


Kejujuran tidak akan datang begitu saja, tetapi harus diperjuangkan dengan sabar dan sungguh-sungguh. Seorang ulama menegaskan bahwa ada beberapa faktor yang dapat membantu kita dalam mencoba meraih kejujuran. Pertama, akal yang wajib memandang buruk kedustaan, apalagi jika kedustaan itu sama sekali tidak mendatangkan kemanfaatan dan tidak mencegah bahaya.

Kedua, agama dan syariat yang memerintahkan untuk mengikuti kebenaran dan kejujuran serta memperingatkan bahaya kedustaan.

Ketiga, kedewasaan diri kita yang menjadi salah satu faktor pencegah kedustaan dan kekuatan pendorong menuju kebenaran.

Keempat, memperoleh kepercayaan dan penghargaan masyarakat. Ada sebuah kata mutiara: "Jadikanlah kebenaran (al Haq) sebagai tempat kembalimu (rujukanmu), kejujuran sebagai tempat keberangkatanmu, sebab kebenaran adalah penolong paling kuat dan kejujuran adalah pendamping paling utama."

Komentar