MERAIH REZEKI YANG BERKAH

Untuk meraih keberkahan rezeki, tentunya sebisa mungkin kita harus menghindari hal-hal yang subhat, apalagi haram. Karena itu, dalam berusaha “menjemput rezeki”, kita harus memperhatikan hal-hal berikut:

1. Memastikan Kehalalannya, Kehalalan, harus menjadi prioritas kita dalam mencari rezeki. Jangan sampai makanan yang masuk dalam tubuh kita sekeluarga, berasal dari rezeki yang haram. Dalam sebuah hadits ditegaskan bahwa setiap daging yang diberi makan dari yang haram,tempatnya adalah di neraka. Jadi sebisa mungkin, berbagai sektor kerja yag berbau haram atau subhat harus kita hindari. Jangan tergiur untuk mendapatkan uang atau keuntungan dengan mudah, bila harus menggunakan cara yang haram. Insyaallah, rezeki yang sedikit tetapi diperoleh dengan cara halal, akan lebih berkah dan bermanfaat daripada hasil yang banyak, namun diperoleh dengan cara haram

2. Tidak Menzhalimi Orang Lain, Keberkahan akan sulit kita peroleh, bila cara kita dalam mencari rezeki, dengan menzhalimi atau merugikan orang lain. Berbagai praktik riba, penipuan, dan mengambil barang orang lain tanpa hak, itu adalah cara-cara yang menzhalimi oang lain. Allah melarang keras pada umat-Nya, agar tidak menempuh cara ini. Allah SWT berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu..” (an-Nisaa’: 29)

Selain itu kita juga harus ingat, bahwa doa orang yang terzhalimi akan dikabulkan oleh Allah. Jadi, bila orang yang kita zhalimi itu mendoakan keburukan bagi kita, maka kemungkinan besar keburukan itu akan menimpa kita.

3. Mengiringi dengan taqwa dan tawakkal, Halangan dan rintangan, adakalanya akan menyertai langkah kita dalam mencari rezeki. Kita harus bisa bersabar menghadapi semua itu. Pun harus tetap menjaga ketakwaan dan ketawakkalan kita. Karena Allah SWT berfirman, “…Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya; dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” ath-Thalaq: 2-3

Demikian pula jika ternyata Allah memberi kita kelapangan, dan mempermudah jalan rezeki kita, maka kita tak boleh lupa untuk senantiasa mensyukurinya. Jangan sampai kemudahan itu melalaikan kita dari-Nya.

4. Jangan Putus Asa dari Rahmat Allah SWT, Sesungguhnya rezeki kita semua sudah ditentukan oleh Allah. Jangankan kita manusia, rezeki seluruh binatang melata di muka bumi ini pun sudah dijamin oleh Allah. Karena itu, jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah, yang Maha Luas karunia-Nya. Allah SWT berfirman,...” Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa[1314] semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (az Zumar :53)

Secara umum, keberkahan yang diberikan Allah kepada orang-orang yang beriman bisa kita bagi ke dalam tiga bentuk, yaitu

* Pertama, keberkahan dalam rezeki. Dalam hal ini, Ibnu Qayyim berkata, “Tidaklah kelapangan rezeki dan amalan diukur dengan jumlahnya yang banyak, tidaklah panjang umur dilihat dari bulan dan tahunnya yang berjumlah banyak. Akan tetapi, kelapangan rezeki dan umur diukur dengan keberkahan-Nya.” (Al-Jawabul Kafi kar-ya Ibnu Qayyim, hal. 56) Indikator keberkahannya terletak pada sejauh mana rezeki tersebut membawa manfaat dan kebaikan bagi pemiliknya dan lingkungan sekitarnya. Artinya, kalau seseorang memiliki harta yang banyak tetapi hartanya tidak membawa kebaikan bagi dirinya, keluarganya, dan lingkungan sekitarnya, maka dapat dipastikan bahwa harta tersebut tidak berkah. Salah satu prasyarat mutlak keberkahan rezeki adalah rezeki tersebut tentu saja harus didapatkan dengan cara yang halal. Mustahil rezeki menjadi berkah jika didapatkan dengan cara-cara yang bertentangan dengan ajaran Islam dan sunnatullah. Rezeki hasil korupsi misalnya, tidak akan berkah karena cara mendapatkannya menimbulkan kemadaratan bagi manusia lainnya. Sayangnya di Indonesia, fenomena mendapatkan rezeki dengan cara-cara seperti itu, seperti sudah menjadi budaya. Padahal kondisi tersebut merupakan tanda akhir zaman seperti yang disitir Rasulullah SAW. dalam sabdanya, “Akan datang suatu zaman di mana seseorang tidak memperdulikan darimana ia mendapatkan harta, apakah dari sumber yang halal ataupun haram”. (HR. Nasa’i)

* Kedua, keberkahan dalam keturunan (dzurriyyah). Indikator keberkahan dalam keturunan adalah keturunan yang saleh. Kesalehan yang dimaksud bukan terbatas pada kesalehan ritual, tetapi juga menyangkut kesalehan yang punya implikasi secara sosial. Keturunan yang tidak hanya bermanfaat bagi dirinya dan keluarganya, tetapi juga untuk kemanusiaan secara keseluruhan.

* Ketiga, keberkahan dalam umur. Umur yang diberikan betul-betul dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat. Rasulullah SAW. bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya.” (HR. Ahmad)

Setiap hari umur kita bertambah. Pertambahan umur itu sebenarnya mengurangi jatah waktu kita untuk berada di dunia yang fana ini. Oleh karena itu, semakin bertambah umur mestinya kita semakin menjadi lebih baik dengan terus melakukan perbaikan diri dalam melakukan pengabdian kepada Allah SWT.

Komentar